•**•.ﷲ.•*Bismillah*•.ﷲ.•**•
Ada
yang datang mengetuk pintu "rumahku", aku tak mendengar langkahnya
memasuki halaman rumahku. Kulihat dari balik jendela, aku seperti
mengenalnya namun aku lupa siapa dia.
Beberapa kali dia mengetuk pintu namun tak berani aku membukanya, aku
masih takut karena aku tak mengenalnya. Dia terus saja mengetuk dan
meminta diijinkan masuk, dari nada bicaranya aku seperti mengenal dia.
Hatiku masih saja ragu siapa gerangan yang datang itu, haruskah
kubukakan pintu... Tiba-tiba tak kudengarkan lagi suara ketukannya,
diapun berhenti memintaku untuk mengijinkannya masuk. Aku mencoba
melihat keluar jendela dan tak kudapati dia disana, aku kalut dan
berlari mencarinya. Ada rasa menyesal tak membiarkan dia masuk dan aku
dikagetkan dengan suara di belakangku "Ijinkan aku masuk dan akan
kujelaskan siapa aku!" Suara itu begitu jelas di telingaku namun saat
kubalikan badan, tak kudapati siapapun di belakangku. Tak satupun kata
keluar dari mulutku hanya rasa penasaran dan galau bercampur jadi satu.
Aku terduduk di atas rumput di halaman rumahku, ada sesuatu dalam hatiku
berkata bahwa aku harus bertemu dengannya. Entah untuk alasan apa aku
harus bertemu dengannya, entah dari mana keinginan itu begitu kuat. Aku
hanya mampu tertunduk menahan genangan di pelupuk mataku agar tak lagi
jatuh ke bumi, bumi sudah terlampau sering menerima tetesan bening dari
hatiku. "Bangunlah, ijinkan aku masuk dan kau akan tahu siapa aku!"
Kulihat sosok itu melangkah perlahan dari balik gerbang rumahku,
suaranya semakin aku kenal, suara yang khas di telingaku. Ingatanku
seakan terbuka dan mulai mengingatkanku akan sosoknya namun tak semudah
itu, semuanya masih terasa gamang. Dia semakin mendekat dan mengulurkan
tangannya memintaku untuk berdiri. Antara sadar dan tidak ku turuti
perintahnya, kuberdiri meski masih sedikit limbung. Setelah memastikan
aku benar-benar telah sadar betul dia mulai berkata lagi. "Ijinkanlah
aku masuk kerumahmu... " "Aku adalah bagian darimu, apa kau tak ingat?"
"Maaf, kau telah lama menungguku" "Aku ingin membalas atas semua
waktu yang terbuang" "Tolong, ijinkan aku masuk" Aku masih tak
bergeming, kata-kata itu nampak tak asing ditelingaku namun ingatanku
masih samar akan sosok dihadapanku itu. "Ya Allah...siapa dia?" batin
ini terus bergejolak, aku merasa mengenalnya tapi siapa dia. Mulutku
ingin berkata-kata namun semuanya seperti berhenti di tenggorokan,
mulutku benar-benar terkunci rapat. "Akulah yang sedang kau nanti,,,"
"Apa kau lupa?" "Aku membawa Potongan Rasa Cinta yang ada di hatimu"
"Bukankah kau sedang mencariku untuk menutup lubang hatimu?" Potongan
Rasa Cinta... Sekarang aku ingat, tapi bukankah dahulu dia juga pernah
datang padaku dengan kata-kata yang sama namun tak berapa lama dia pergi
begitu saja? Berjuta tanda tanya baru muncul dikepalaku, untuk apa dia
datang lagi setelah sekian lama pergi. Dulu dengan senang hati aku
menyambut kedatangannya bahkan aku memintanya masuk ke rumahku sebelum
dia memintanya. kini aku tak mau percaya begitu saja apa yang
dikatakannya. Aku masih saja diam berpura-pura belum mengingatnya meski
hatiku tak bisa mengingkari bahwa aku merindukannya. "Aku tahu pasti
kau sudah ingat siapa aku!" "Aku akan tetap di sini sampai kau
mengijinkanku masuk" Mulut yang sedari tadi terkunci kini sekan
bergerak sendiri, seperti ada yang menuntunku mengucapkan setiap kata
yang keluar dari mulutku. "Ya, aku sudah ingat siapa kau" "Akupun
ingat apa yang pernah kau lakukan dan katakan padaku" "Bahwa ternyata
yang kau bawa bukanlah Potongan Rasa Cinta yang tepat untuk menutup
lubang hatiku" "Untuk apa kau datang kembali jika nanti kau akan pergi
lagi" Aku membalikan badanku dan melangkah meninggalkannya tapi ada
yang sakit di dalam hatiku yang menghentikan langkahku. "Kau tak bisa
meninggalkanku" "Kau sangat membutuhkan dan akupun membutuhkanmu" "Aku
datang membawa potongan rasa cinta yang baru" "Aku yakin potongan ini
bisa menutup lubang di hatimu" "Aku langsung berlari mencarimu saat
menemukan potongan ini" Aku berhenti namun masih membelakanginya, ingin
berbalik namun aku masih ragu. Aku tak berani memandangnya karena takut
aku kan luluh dengan kata-katanya. "Kamu mengatakan kamu langsung
berlari mencariku saat menemukan potongan rasa itu" "Bukankah itu sama
halnya dengan kau mencuri dari pemiliknya?" "Jika kamu yakin dengan
potongan itu bisa menutup lubang dihatiku, kembalilah dulu" "Mintalah
ijin pada pemiliknya untuk membawa potongan rasa cinta itu padaku" "Aku
tak mau memasang potongan itu jika memang tak diijinkan oleh
pemiliknya" Kubalikkan badanku dan kulihat kini dia yang terduduk
sambil memegang sesuatu ditangannya. Sebuah Potongan Rasa Cinta yang
masih terbungkus rapi dan nampak belum tersentuh "Ya, aku sangat ingin
bertemu denganmu" "Sehingga ku tak sempat meminta ijin mengambil
potongan ini" "Jika kau mau menungguku, aku berjanji akan kembali" "Ku
akan meminta ijin pada pemiliknya agar memberikan potongan ini untukku"
"Akan kuberikan potongan rasa cinta ini untukmu dan kubalut dengan
kain ketulusan" Semua beban berat dihatiku seakan terangkat, aku
melihat dia melangkah pergi namun bukan rasa kehilangan yang meliputi
perasaanku. Meski dia tak mengatakan kapan akan kembali namun hatiku
seakan yakin bahwa dia akan datang lagi bahkan bersama sang pemilik
Potongan Rasa Cinta itu. Lubang di hatiku masih ada namun sakitnya sudah
tak terasa, hanya ada rasa damai yang menyelimuti hati mengingat bahwa
hatiku hanya milik-Nya. Potongan Rasa Cinta itupun milik-Nya, hanya saat
Dia memberikannya untukku maka akan aku pasang Potongan Rasa Cinta itu
untuk menutup lubang hatiku. Allahu Akbar... Allahu Akbar... Sebuah
suara menyadarkanku, ya itu kumandang adzan subuh. Ternyata aku tertidur
setelah "lelah" dalam sujud-sujud panjang tahajjudku, meletakkan segala
cinta diatas cinta-Mu..
*Wahai calon imamku, Jemput aku menjadi Bidadarimu