Kamis, 22 Maret 2012

Microteaching

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Hubungan guru dengan siswa selama pembelajaran yang pada banyak kasus masih cendrung mekanistik dan robotik harus segera bergeser keberbasis pendekatan psikologi sesuai dengan nilai-nilai edukatif, kemanusiaan, keragaman,dan keberagamaan manusia.[1] Oleh karena itu maka penting dilakukan pembelajaran dengan menggunakan variasi guna menambah perhatian dan keinginana siswa dalam belajar dan menghindari kebosanan.

A.      PENGERTIAN VARIASI
          Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukan ketekukan, antusiasme, serta penuh partisipasi.[2]
          Menurut Syahminan Zaini, variasi adalah keanekaan yang membuat suasana tidak monoton. Variasi didalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
            Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, variasi gaya belajar adalah perubahan tingkah laku, sikap, dan perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan, senantiasa menunjukan ketekukan, antusiasme, serta penuh partisipasi sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya dikelas.
B.     TUJUAN DAN MANFAAT MENGADAKAN VARIASI
            Adapun tujuan mengadakan variasi dalam pembelajaran antara lain:
1.  Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
2.        Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai
       akibat dari kegiatan yang bersifat rutinitas.
3.        Meningkatkan kadar aktifitas belajar siswa.[3]
4.        Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang relevan.
5.        Untuk Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
6.        Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.[4]
7.        Memberi kesempatan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai tingkat perkembangan dan kemampuannya.[5]
        Manfaat mengadakan variasi dalam pembelajan antara lain:
1.  Untuk memupuk tingkah memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkenaan dengan aspek belajar
2.  Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
3.  Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.[6]
4.  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.[7]

C.       PRINSIP PENGGUNAAN PENGGUNAAN VARIASI
1.         Variasi hendaknya dilakukan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.    Variasi hendaknya digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.         Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.[8]
4.         Fleksibel, variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan tidak kaku (dinamis)
5.         Kewajaran/tidak dibuat-buat, sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan.[9]
D.      VARIASI DALAM GAYA MENGAJAR GURU
1.         Variasi dalam cara mengajar
a.         Pengunaan variasi suara (teacher voice)
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberi tekanan pada kata-kata tertentu.[10]
b.        Pemusatan perhatian siswa (focusing)
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru. Misalnya dengan perkataan “Perhatikan ini baik-baik,” atau “Nah, ini penting sekali,” atau “Perhatikan baik-baik, ini akan sukar dimengerti.”[11]
c.              Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence)
Adanya kesenyapan, kebisuan atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adanya suara kepada keadaan tenang atau senyap atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu dihentikan akan menarik perhatian karena siswa ingin tau apa yang terjadi.[12]
d.      Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement)
Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kleas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan untuk mengetahui pengertian atau pemahaman siswa.
e.         Gerakan badan mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Ekspresi wajah misalnya tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata, untuk menunjukkan kagum, tercengang atau heran.
f.         Pergantian posisi guru didalam kelas dan gerak guru (teachers movement)
Variasi posisi guru dalam kelas dapat dilakukan untuk mempertahankan perhatian siswa-siswi. Pergantian posisi guru disini dimaksudkan kearah depan atau kebelakang, kesamping kiri atau kanan siswa-siswi, kadang-kadang berdiri dan kadang duduk
      Berikut ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
·      Biasakan bergerak bebas didalam kelas. Gunanya untuk menanamkan rasa dekat dengan murid sambil mengontrol tingkah laku murid.
·      Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap kepapan tulis.
·      Jangan menerangkan dengan arah pandangan kelangit-langit, kearah lantai, atau keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas.
·   Bila diinginkan untuk mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan dari belakang kearah depan untuk mengetahui tingkah laku murid.
2.         Variasi dalam Penggunaan Media dan bahan
            Peranan media dalam proses belajar mrngajar sudah tidak diragukan lagi, karena dapat:
a.    memudahkan pemahaman
b.    meningkatkan perhatian siswa
c.    meningkatkan aktivitas siswa
d.   mempertinggi daya ingat siswa.[14]                       
            Variasi penggunaan jenis media yang satu kepada jenis yang lain mengharuskan siswa-siswi menyesuaikan alat indranya, sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena tiap anak mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat indranya. Ada yang termasuk tipe visual, auditif, dan motorik. Penggunaan alat yang multimedia dan relavan dengan tujuan pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga lebih bermakna dan tahan lama.
                                    Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:[15]
a.    Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids)
                Alat atau media yang termasuk kedalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, antara lain grafik, bagan, poster, diorama, gambar, film, dan slide.
b.        Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (Auditif aids)
Suara guru termasuk dalam media komunikasi yang utama dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, telepon dapat dipakai sebagai penggunaan indra dengar yang divariasikan dengan indra lainnya.
c.       Variasi atau bahan yang dapat diraba,dimanipulasi, dan digerakkan (motorik)[16]
Penggunaan alat yang termasuk kedalam jenis ini akan dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara peseorangan ataupun secara kelompok. Yang termasuk kedalam hal ini seperti model,  patung, topeng dan boneka, binatang hidup yang kecil dapat sebagainya yang dapat digunakan oleh anak untuk diraba, diperagakan, atau dimanipulasikan.
d.      Variasi atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio visual aids)
Penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang paling tinggi karena melibatkan semua indra yang kita miliki. Hal ini sangat dianjurkan dalam proses belajar mengajar. Media yang termasuk AVA ini, misalnya film, televisi, radio, slide projector yang diiringi penjelasan guru, tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Menurut islam alat sensorik merupakan anugerah Allah kepada manusia untuk dipergunakan sesuai dengan fungsinya yang positif. Pendengaran dan penglihatan merupakan alat indra yang paling banyak digunakan dalam proses belajar manusia.[17]
3.        Variasi Dan Pola Interaksi Dan Kegiatan Siswa
       Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Hal ini bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola intetaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan.
       Dalam variasi stimulus dituntut adanya pola hubungan tertentu dengan semua pihak yang terlibat dalam setting belajar mengajar. Pola hubungan tersebut dikenal dengan pola atau gaya interaksi. Ada tiga macam gaya interaksi, yaitu pola guru dengan kelompok siswa-siswi, pola guru dengan siswa-siswi secara individu, dan pola siswa-siswi dengan siswa-siswi.
1.        Pola guru – kelompok siswa-siswi
                        Dalam interaksi ini guru menyelenggarakan dialog dengan seluruh siswa-siswi. Bila memunculkan pertanyaan, maka pertanyaan tersebut diajukan kepada seluruh kelas bukan kepada siswa-siswi tertentu secara individual.
2.     Pola guru dengan siswa-siswi secara individu
Dalam interaksi ini baik pertanyaan maupun pernyataan guru langsung ditujukan kepada salah seorang siswa-siswi tertentu, sehingga selanjutnya terjadi dialog dua arah.
3.      Pola siswa-siswi dengan siswa-siswi
Setelah guru memberikan pengarahan atau pengantar kemudian dilontarkan permasalah ke kelas agar terjadi diskusi antara siswa-siswi dalam mengupas permasalahan tersebut.




                                   







[1]Sudirman Danim dan H. Khairil, Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru), (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 102
[2]Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.84
[3]Dadang Sukiman dan Mamad Karmad., Pembelajaran Micro. (Bandung: Upi Press, 2006), hlm. 172                                  
[4] Udin S. Winata Putra, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hlm. 16
[5] E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), hlm.79
[6] J.J. Hasibuan dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya , 2008) hlm. 64
[7] Moh. Uzer Usman. Op.cit. hlm. 84
[8] Ibid. hlm. 85
[9] Dadang Sukirman dan Mamad Karmad. Op.cit. hlm 174
[10] Soetomo. Dasar-Dasar Mengajar. (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 100
[11] Eni Purwati. Micro Teaching. ( Surabaya: Aprinta, 2009), hlm. 8-10
[12] Edi Suegito dan Yuliani Nurani. Keterampilan Dasar Mengajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hlm. 44
[14] Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.205
[15] Eni Purwati. Op.cit. hlm. 8-12
                [16] Moh. Uzer Usman. Op.sit. hlm. 86
[17] Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2006), hlm. 127

Tidak ada komentar:

Posting Komentar