KONSEP
KURIKULUM
A.
Kedudukan
Kurikulum dalam Pendidikan[1]
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik
dalam
upaya membantu peserta didik menguasai
tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Kurikulum mempunyai kedudukdn
sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk
aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz
Johnson kurikulum ‘’prescribes (or at
least anticipates) the result of
instruction’’. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta
proses pendidikan. Di samping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu
bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau specialis kurikulum, yang
menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi
pengembangan kurikulum sebagai institusi pendidikan.
B. Konsep
Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan juga bervariasi sesuai dengan aliran
atau praktik pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama kurikulum
merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru dan
dipelajari oleh siswa.
Pendapat-pendapat
yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih
memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Menurut Caswel dan Cambell dalam
buku mereka yang terkanal kurikulum
development , kurikulum ...to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers.
Perubahan penekanan penekanan pada
pengalaman ini lebih jelas ditegaskan oleh Ronald C. Doll ’’...The commomly accepted definition of the
curriculum has changes from content of courses of study and list of subjects
and courses to all experiencess which are offered to learners under the auspeces or direction of the school...’’
Definisi Doll tidak
hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses, tapi juga
menunjukkan adanya perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang
lebih luas.
Mouritz Johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum
yang sangst luas yang seperti yang dikemukakan olah Ronald C. Doll. Menerutnya
kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Mauritz
Johnshon, beberapa ahli memendang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau
pengajaran. Salah seorang mereka adalah Mc Donald. Menurutnya, sistem
persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar, belajar,
pembelajaran dan kurikulum.
Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai
rencana dengan kurikulum yang fungsional. Menurut Beauchamp ‘’A curriculum is a written dokument which may
contain many ingredients, but basecally it is a plan for the education of
pupils during their enrollment in given school’’ . Beauchamp lebih
memberikan tekanan bahwa kurukulum adalah suatu rencana pendidikan atau
pengajaran. Selanjutnya zais menjelaskan bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak
dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam
proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas.
Hilda Taba mempunyai pendapat yang berbeda dengan
pendapat-pendapat itu. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut dia
bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum
berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum,
sedangkan yang lebih semopit lebih khusus menjaditugas pengajaran. Selain
sebagai bidang studi menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian
dari sistem persekolahan
C. Kurikulum
dan teori-teori pendidikan
Kurikulum
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum
disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum., dan suatu
teori kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu.
Minimal ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli pendidikan
dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan.
1.
Pendidikan
klasik
Pendidikan
klasik atau classical education dapat
di pandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep pendidikan ini bertolak
dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau
nilai-nilai telah di temukan oleh para pemikiran terdahulu. Pendidikan
berfungsi memelihera mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya tersebut
kepada generasi berikutnya.
Ada
dua konsep pendidikan klasik, perenialisme
dan esensialisme. Walaupun
didasari dengan konsep-konsep yang sama, keduanya memiliki pandangan yang
berbeda. Perenialisme maupun esensialisme mempunyai pandangan yang sama tentang
masyarakat , bahwa masyarakat bersifat statis. Pendidikan berfungsi memelihara
dan mewariskan pengetahuan, konsep-konsep dan nilai-nilai yang telah ada.
Kurikulum
pendidikan klasik lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil dari
disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa mengikutsertakan
guru-guru, apalagi siswa. Isi disusun secara logis, sistematis, dan
berstruktur, dengan berpusatkan pada segi intelektual, sedikit sekali
memperlihatkan segi-segi sosial atau psikologis peserta didik. Dalam
pengajaran, ia menentukan isi, metode dan evaluasi. Dialah yang aktif dan bertanggung
jawab dalam segala aspek pengajaran. Siswa mempunyai peran yang pasif, sebagai
penerima informasi dan tugas-tugas dari guru.
2.
Pendidikan pribadi
Pendidikan pribadi (personalized education) lebih mengutamakan
peranan siswa. Konsep pendidikan ini bertolak
dari anggapan dasar
bahwa,
sejak di lahirkan, anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk
berfikir, berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang
sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan
yang menunjang dan terhindar dari hama-hama. Teori ini memiliki dua aliran,
yaitu pendidikan progresif dan romantik tokoh pendahulu pendidikan
progresif adalah Francis Parker.
Kurikulum pendidikan
pribadi lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan siswa. Materi ajar
dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Pengembangan kurikulum
dilakukan oleh guru-guru dengan melibatkan siswa.
3.
Teknologi
Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi.keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam
teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan
memelihara dan mengawetkan budaya lama.
Menurut teori ini, pendidikan adalah
ilmu dan bukan seni, pendidikan adalah cabang dari teknologi ilmiah. Dalam
konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang
khusus. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan
disampaikan dengan menggunakan media elektronika dan para siswa belajar secara
individual.
Kurikulum
pendidikan teknologi menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis. Penyusunan
kurikulum dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang memiliki kemampuan
mengembangkan kurikulum.
4. Pendidikan
Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia selalu membutuhkan orang
lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama. Pendidikan
anteraksional menekankan interaksi dua pihak, dari guru kapada siswa dan dari
siswa kepada guru. Lebih luas, interaksi ini terjadi antara siswa dan bahan
ajar dan dengan lingkungan, antara pemikiran siswa dengan kehidupannya. Interaksi
ini terjadi dari berbagai dialog.
Kurikulum pendidikan unteraksional
menekankan baik pada isi maupun proses pendidikan sekaligus. Isi pendidikan
terdiri atas problem nyata dan aktual yang dihadapi dalam kehidupan di
masyarakat. Proses pendidikannya bersifat kegiatan-kegiatan berkelompok yang
mengutamakan kerja sama, baik antar siswa, siswa dan guru, maupun antara siswa
dengan guru, maupun antara siswa dan guru dengan sumber-sumber belajar yang
lain. Kegiatan penilaian dilakukan untuk hasil maupun proses belajar. Guru-guru
melakukan kegiatan penilaian sepanjang kegiatan belajar.
[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), bab1: hlm. 1-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar