Senin, 02 April 2012

Kurikulum Pendidikan

                     KONSEP  KURIKULUM

    
A.     Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan[1]
Pendidikan  berintikan  interaksi  antara   pendidik  dengan   peserta  didik
dalam upaya membantu  peserta didik menguasai tujuan   pendidikan. Interaksi pendidikan  dapat  berlangsung dalam  lingkungan keluarga, sekolah,  maupun masyarakat.
Kurikulum mempunyai kedudukdn sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum ‘’prescribes (or at least anticipates) the result of instruction’’. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Di samping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau specialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum sebagai institusi pendidikan.

B.     Konsep Kurikulum
 Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan juga bervariasi sesuai dengan aliran atau praktik pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru dan dipelajari oleh siswa.
Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Menurut Caswel dan Cambell dalam buku mereka yang terkanal kurikulum development , kurikulum ...to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Perubahan  penekanan penekanan pada pengalaman ini lebih jelas ditegaskan oleh Ronald C. Doll ’’...The commomly accepted definition of the curriculum has changes from content of courses of study and list of subjects and courses to all experiencess which are offered to learners under  the auspeces or direction of the school...’’
Definisi Doll tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses, tapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas.
       Mouritz Johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang sangst luas yang seperti yang dikemukakan olah Ronald C. Doll. Menerutnya kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran.
       Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Mauritz Johnshon, beberapa ahli memendang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah seorang mereka adalah Mc Donald. Menurutnya, sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum.
       Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang fungsional. Menurut Beauchamp ‘’A curriculum is a written dokument which may contain many ingredients, but basecally it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school’’ . Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurukulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Selanjutnya zais menjelaskan bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas.
       Hilda Taba mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat itu. Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih semopit lebih khusus menjaditugas pengajaran.                  Selain sebagai bidang studi menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan

C.   Kurikulum dan teori-teori pendidikan
      Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum., dan suatu teori kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Minimal ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan para ahli pendidikan dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan.

1.         Pendidikan klasik
Pendidikan klasik atau classical education dapat di pandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah di temukan oleh para pemikiran terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihera mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya tersebut kepada generasi berikutnya.
Ada dua konsep pendidikan klasik, perenialisme dan esensialisme. Walaupun didasari dengan konsep-konsep yang sama, keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Perenialisme maupun esensialisme mempunyai pandangan yang sama tentang masyarakat , bahwa masyarakat bersifat statis. Pendidikan berfungsi memelihara dan mewariskan pengetahuan, konsep-konsep dan nilai-nilai yang telah ada.
Kurikulum pendidikan klasik lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil dari disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli tanpa mengikutsertakan guru-guru, apalagi siswa. Isi disusun secara logis, sistematis, dan berstruktur, dengan berpusatkan pada segi intelektual, sedikit sekali memperlihatkan segi-segi sosial atau psikologis peserta didik. Dalam pengajaran, ia menentukan isi, metode dan evaluasi. Dialah yang aktif dan bertanggung jawab dalam segala aspek pengajaran. Siswa mempunyai peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari guru.

2.         Pendidikan pribadi
Pendidikan pribadi (personalized education) lebih  mengutamakan
 peranan siswa. Konsep pendidikan ini bertolak dari anggapan dasar
bahwa, sejak di lahirkan, anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berfikir, berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama-hama. Teori ini memiliki dua aliran, yaitu pendidikan progresif dan romantik tokoh pendahulu pendidikan progresif adalah Francis Parker.
                                    Kurikulum pendidikan pribadi lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan siswa. Materi ajar dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru-guru dengan melibatkan siswa.
3.        Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi.keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan memelihara dan mengawetkan budaya lama.
Menurut teori ini, pendidikan adalah ilmu dan bukan seni, pendidikan adalah cabang dari teknologi ilmiah. Dalam konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan media elektronika dan para siswa belajar secara individual.
Kurikulum pendidikan teknologi menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis. Penyusunan kurikulum dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum.

4.      Pendidikan Interaksional
Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia selalu membutuhkan orang lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama. Pendidikan anteraksional menekankan interaksi dua pihak, dari guru kapada siswa dan dari siswa kepada guru. Lebih luas, interaksi ini terjadi antara siswa dan bahan ajar dan dengan lingkungan, antara pemikiran siswa dengan kehidupannya. Interaksi ini terjadi dari berbagai dialog.
                      Kurikulum pendidikan unteraksional menekankan baik pada isi maupun proses pendidikan sekaligus. Isi pendidikan terdiri atas problem nyata dan aktual yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat. Proses pendidikannya bersifat kegiatan-kegiatan berkelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar siswa, siswa dan guru, maupun antara siswa dengan guru, maupun antara siswa dan guru dengan sumber-sumber belajar yang lain. Kegiatan penilaian dilakukan untuk hasil maupun proses belajar. Guru-guru melakukan kegiatan penilaian sepanjang kegiatan belajar.


[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), bab1: hlm. 1-14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar