1. Pakaian melayu
Pada
abad ke-17 masyarakat Melayu sudah mengenal baju Melayu yang merupakan Pakaian
orang melayu, pakaian ini bentuknya sangat sederhana yaitu agak sedikit ketat,
lengannya separuh tangan dan seluar yang ketat hanya separuh betis.
Perlengkapan lainnya untuk pakaian laki-laki yaitu menggunakan kain yang
dililitkan dipinggang dan desrat yang diikatkan dikepala berbentuk seperti
kerucut. Pakaian ini bisa dipakai untuk kegiatan apapun juga, baik untuk
sehari-hari dan acara resmi maupun tidak resmi. Pakaian wanita melayu juga
sangat sederhana yaitu baju kurung panjang diatas lutut dan memakai kain serta
selendang.
Jenis
pakaian dalam masyarakat melayu Riau dibedakan dalam lema bagian yaitu, pakaian
harian, pakaian setengah resmi, pakaian upacara dat, pakaian upacara
perkawinan, dan pakaian upacara keagamaan.
1.
Pakaian harian
yaitu pakaian yang dikenakan sehari-hari.
2.
Pakaian setengah
resmi yaitu pakaian yang dikenakan untuk acara-acara seperti menghadiri pesta
perkawinan, pertemuan tamu-tamu penting dan sebagainya.
3.
Pakaian adat yaitu
pakaian yang dikenakan pada saat upacara adat seperti pemberian gelar dan
menyambut tamu-tamu penting.
4.
Pakaian pengantin
yaitu pakaian yang dikenakan pada saat perta perkawinan.
5.
Pakaian keagamaan
yaitu pakaian yang dikenakan pada saat upacara agama atau ritual.
2.
Warna Dan
Perlambangannya
Ragan hiasan baru
tampak jelas setelah berwarna, warna dalam ragam hias ini mengandung arti:
1.
Merah : Melambangkan
persaudaraan yang dikenal dengan tali darah,
atau
tali persaudaraan, setia, cinta. Baju yang dipakai untuk orang kaya, golongan
wan/datuk.
2.
Hitam :
Melambangkan keberanian, keperkasaan hulubalang
3.
Hijau : Melambangkan
kesuburan, tunas
4.
Biru : Berarti
cakrawala yang lepas dengan air laut dan langit,
melambangkan kebahagiaan. Warna ini
biasanya dipakai untuk Laksamana atau
Syahbandar.
5.
Putih : Melambangkan
kesucian, putih hati
6.
Kuning: Melambangkan
kekuasaan kerajaan, kewibawaan dan kebesaran seseorang
3.
Lambang dan bentuk
kain
1.
Sirih setangkai,
merupakan lambang penghormatan bagi masyarakat yang telah membantu, berarti
persaudaraan,
2.
Kelapa dua jari,
melambangkan keturunan, dimana satu jurai sebagai anak dan satu jurai lagi
sebagai menantu,
3.
Mayang Pinang,
melambangkan kecantikan dengan keserasian hidup rumah tangga,
4.
Payung,
melambangkan tempat bernaung dari panas dan hujan, sifat sosial,
5.
Panji-panji serta
umbul-umbul, melambangkan keragaman, persukuan yang ada di masyarakat.
4.
Simbol yang
terdapat dalam ragam hias pakaian tradisional
Adalah bintang-bintang,
bulan sabit, awan larat: sebagai lambang/simbol cahaya kebahagiaan rumah
tangga, taqwa kepada Yang Maha Esa, kebebasan dan kemerdekaan.
5.
Ragam Hias Pada
kain songket
1.
Itik pulang petang,
semut beriring, siku kelua sebagai simbol sikap sosial dalam gotong royong
kesatuan yang kompak, keberanian dan kebebasan, kedidiplinan, teratur, tertib,
tidak ada yag saling dahulu mendahului.
2.
Akar pakis, bunga
kundur dan tampuk manggis merupakan simbol kesuburan, kemakmuran, mudah
menyesuaikan diri dan tidak mengganggu orang lain.
3.
Daun, bunga,
kuntum, akar merupakan simbol kesatuan kehidupan manusia dengan alam sekitarnya
yang serasi, selaras dan subur makmur.
4.
Lebah bergantung,
merupakan simbol keharmonisan: hidup berumah tangga rela berkorban dan tidak
mementingkan diri sendiri.
5.
Awan larat, simbol
panjang usia, keabadian
E. Kesimpulan
Adapun
simbol-simbol yang terdapat dalam pakaian melayu adalah mewakili perasaan
masyarakat melayu dan penuh dengan filosofis islam. Seperti bintang-bintang,
bulan sabit, itik pulang petang, akar pakis, daun, bunga, kuntum, lebah
bergantung dan awan larat.
F.
Saran
Pakaian
melayu yang memiliki simbol-simbol dan syarat akan makna didalamnya merupakan
warisan yang tak terhingga sebagai sebuah kebudayaan bagi masyarakat melayu
sehingga perlu dilestarikan dan dijaga agar tetap eksis. Dengan cara
menjadikannya pakaian wajib apabila ada acara-acara resmi atau acara-acara
keagamaan khususnya di daerah melayu.
Daftar
Pustaka
Effendi,
dkk. Busana Melayu, Pakaian adat Tradisional Daerah Melayu, Pekanbaru:
Yayasan Pustaka Riau
Hirfannur,
(2005), HJ. Eva Mairoza herman Songket dan Budaya Melayu Riau. Pekan
Baru: UNRI Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar