Rabu, 02 Mei 2012

Tuntunan Cinta Menurut Al-Quran


“Sudah dari jauh tadi aku memperhatikan keluarga kecil itu, seorang ibu muda dengan pakaian panjang muslimah terlihat cantik dan anggun sekali bersama anak kecil berumur sekitar 4 tahun yang sedang asyik bermain dan seorang laki2 muda berbaju koko yang kuyakini sebagai ayah dari anak itu. Kedua orang tua muda itu asik bermain dengan sang anak, senyum tak pernah lepas dari bibir mereka, sesekali kulihat sang anak diciumi oleh kedua orang tuanya, ah pokoknya sakinah mawaddah warohmahlah.. hehe.. jadi pengen.. (haha.. msh kecil an.. J
 Bagaimana cara mendapatkan keluarga seperti itu?  Untuk para akhi dan ukhti yang ingin menikah atau yang belum sekalipun, Yuk sama-sama kita simak tulisan dibawah ini..
Dalam Al-Quran Surat Ar-Ruum ayat 21 Allah berfirman. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian dari anfus (jiwa-jiwa) kalian sendiri, azwaaj (pasangan hidup), supaya kalian ber-sakinah kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
Inilah manhaj yang harusnya kita jadikan plot (alur) dalam merayakan cinta. Sedihnya, kebanyakan mereka yang mencantumkannya dengan tinta emas diatas undangan mewah tak menghayati maknanya. Ringkasnya, ada beberapa kata kunci yang dapat kita tangkap dari ayat ini.
1.      Min anfusikum. Dari jiwa-jiwa kalian, artinya hal pertanya yang dibicarakan  Al-Quran tentang pernikahan dua manusia adalah kesejiwaan. Ruh itu, kata nabi, seperti tentara. Jika kode sama, sandinya nyambung meskipun belum saling melihat  mereka pasti bersepakat. Nah apa sih sandi kode dan sandi untuk ruh? Komitmen kepada Allah dan agamanya. Itu saja, itulah kesejiwaan. Apalagi komitmen yang lebih besar seperti kesamaan visi untuk memperjuangkan agama Allah?
2.      Azwaajan. Pasangan hidup. Tak berlama-lama setelah kesesuaian jiwa, Al-Quran segera mengatakan bahwa mereka harus menjadi suami istri. Orang selalu berfikir bahwa kita harus mencari pasangan yang tepat, maka hubungan akan berhasil. Berhentilah mencari orang yang tepat dan jadikan orang disamping anda yang memang hebat itu menjadi orang yang tepat!
3.      Litaskunuu ilaihaa. Supaya kalian tentram, tenang padanya. Unik Sekali. Kata hubung yang dipakai adalah lam (“li”) yang menunjukkan otomotis. Kata Allah, kalau pernikahan dimulai dari kesejiwaan maka otomatis seorang suami akan merasakan ketentraman pada istrinya dan seorang istri akan merasakan ketenangan pada suaminya.
4.      Waja’ala bainakum mawaddatan. Kemudian ada yang harus diproses, diupayakan, yakni mawaddah. Apa itu mawaddah? Wah, bahasa indonesia dan bahasa inggris memang kekurangan kosa kata untuk cinta. Hanya cinta dan love. Padahal bahasa arab punya empat belas. Mawaddah adalah cinta yang erotis-romantis. Bentuknya bisa ekspresi yang paling batin sampai paling zahir dari sifatnya yang emosional hingga seksual. Inilah Mawaddah
5.      Wa (ja’ala bainakum) rahmatan. Yang harus diusahakan bukan Cuma mawaddah tapi juga rahmah . ini juga cinta lho, bukan sekedah kasih sayang. Cinta yang bagaimana? Inilah cinta yang memberi (bukan meminta), berkorban (bukan menuntut), berinisiatif (bukan menunggu), dan bersedia (bukan berharap-harap). Erich Fromm menyebutnya cinta keibuan (Erich Fromm, The Art of Loving)
Nah, sekilas, itulah alur perayaan cinta yang dituntunkan Al-Quran. Jika kita mendesain perayaan cinta dengan plot itu, maka insyaAllah bahwa dalam pernikahan kita bisa menemukan kebahagiaan dalam cinta. Indah bukan..
*dikutip dari buku Fenomena Ayat Ayat Cinta (Anif Sirsaeba El Shirazi): Wanita, Cinta, dan Bidadari dalam Ayat Ayat Cinta : Aisha dan Pernikahan Barakah (Salim A. Fillah).
Saat mereka mendoakan, “Baarakallahu laka.”
Kubisikkan padamu, “cintamu, sehangat ciuman bidadari..”
Kau menjawab, “ada barakah dikala bidadari cemburu
Ketika mereka  meminta lagi kepada Allah, “Wa baarakallahu ‘alaika..”
Lirikanmu menelisik hatiku, “dalam badai dekap aku lebih erat!”
bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan,” begitu kau ku yakinkan
Lalu mereka menutup, “wajama’a bainakuma fii khaiir..”
Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu, “Genggam tanganku dan rasakan kekuatan cinta!” Maka sempurnalah tiga perayaan cinta
(Salim A. Fillah. Bahagianya Merayakan Cinta )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar