“Sudah dari jauh tadi aku memperhatikan
keluarga kecil itu, seorang ibu muda dengan pakaian panjang muslimah terlihat
cantik dan anggun sekali bersama anak kecil berumur sekitar 4 tahun yang sedang
asyik bermain dan seorang laki2 muda berbaju koko yang kuyakini sebagai ayah
dari anak itu. Kedua orang tua muda itu asik bermain dengan sang anak, senyum
tak pernah lepas dari bibir mereka, sesekali kulihat sang anak diciumi oleh
kedua orang tuanya, ah pokoknya sakinah mawaddah warohmahlah.. hehe.. jadi pengen..
(haha.. msh
kecil an.. J
Bagaimana
cara mendapatkan keluarga seperti itu? Untuk
para akhi dan ukhti yang ingin menikah atau yang belum sekalipun, Yuk sama-sama
kita simak tulisan dibawah ini..
Dalam Al-Quran Surat Ar-Ruum ayat 21 Allah
berfirman. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk
kalian dari anfus (jiwa-jiwa) kalian sendiri, azwaaj (pasangan
hidup), supaya kalian ber-sakinah kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara
kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
Inilah manhaj yang harusnya kita jadikan plot
(alur) dalam merayakan cinta. Sedihnya, kebanyakan mereka yang mencantumkannya
dengan tinta emas diatas undangan mewah tak menghayati maknanya. Ringkasnya,
ada beberapa kata kunci yang dapat kita tangkap dari ayat ini.
1. Min anfusikum. Dari jiwa-jiwa kalian, artinya hal pertanya
yang dibicarakan Al-Quran tentang
pernikahan dua manusia adalah kesejiwaan. Ruh itu, kata nabi, seperti tentara.
Jika kode sama, sandinya nyambung meskipun belum saling melihat mereka pasti bersepakat. Nah apa sih sandi
kode dan sandi untuk ruh? Komitmen kepada Allah dan agamanya. Itu saja, itulah
kesejiwaan. Apalagi komitmen yang lebih besar seperti kesamaan visi untuk
memperjuangkan agama Allah?
2. Azwaajan. Pasangan hidup. Tak berlama-lama setelah kesesuaian jiwa,
Al-Quran segera mengatakan bahwa mereka harus menjadi suami istri. Orang selalu
berfikir bahwa kita harus mencari pasangan yang tepat, maka hubungan akan
berhasil. Berhentilah mencari orang yang tepat dan jadikan orang disamping anda
yang memang hebat itu menjadi orang yang tepat!
3. Litaskunuu ilaihaa. Supaya kalian tentram, tenang padanya. Unik Sekali. Kata hubung yang
dipakai adalah lam (“li”) yang menunjukkan otomotis. Kata Allah, kalau
pernikahan dimulai dari kesejiwaan maka otomatis seorang suami akan merasakan
ketentraman pada istrinya dan seorang istri akan merasakan ketenangan pada suaminya.
4. Waja’ala bainakum mawaddatan. Kemudian ada yang harus diproses, diupayakan, yakni
mawaddah. Apa itu mawaddah? Wah, bahasa indonesia dan bahasa inggris
memang kekurangan kosa kata untuk cinta. Hanya cinta dan love. Padahal bahasa
arab punya empat belas. Mawaddah adalah cinta yang erotis-romantis.
Bentuknya bisa ekspresi yang paling batin sampai paling zahir dari sifatnya
yang emosional hingga seksual. Inilah Mawaddah
5. Wa (ja’ala bainakum) rahmatan. Yang harus diusahakan bukan Cuma mawaddah tapi
juga rahmah . ini juga cinta lho, bukan sekedah kasih sayang. Cinta yang
bagaimana? Inilah cinta yang memberi (bukan meminta), berkorban (bukan
menuntut), berinisiatif (bukan menunggu), dan bersedia (bukan berharap-harap).
Erich Fromm menyebutnya cinta keibuan (Erich Fromm, The Art of Loving)
Nah, sekilas, itulah alur perayaan cinta yang dituntunkan
Al-Quran. Jika kita mendesain perayaan cinta dengan plot itu, maka insyaAllah
bahwa dalam pernikahan kita bisa menemukan kebahagiaan dalam cinta. Indah
bukan..
*dikutip dari buku Fenomena Ayat Ayat Cinta (Anif Sirsaeba El Shirazi):
Wanita, Cinta, dan Bidadari dalam Ayat Ayat Cinta : Aisha dan Pernikahan
Barakah (Salim A. Fillah).
Saat mereka mendoakan, “Baarakallahu laka.”
Kubisikkan padamu, “cintamu, sehangat ciuman bidadari..”
Kau menjawab, “ada barakah dikala bidadari cemburu”
Ketika mereka
meminta lagi kepada Allah, “Wa baarakallahu ‘alaika..”
Lirikanmu menelisik hatiku, “dalam badai dekap aku
lebih erat!”
“bersama barakah, masalah akan menguatkan
jalinan,” begitu kau ku yakinkan
Lalu mereka menutup, “wajama’a bainakuma
fii khaiir..”
Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya
menyatu, “Genggam tanganku dan rasakan kekuatan cinta!” Maka sempurnalah
tiga perayaan cinta
(Salim A. Fillah. Bahagianya Merayakan Cinta )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar